Tokoh Inspiratif Single Mom : Nani Zulminarni

“Masyarakat hanya mengakui pria, bukan wanita, sebagai kepala keluarga.” begitu kata Nani Zulminarni, seorang spesialis gender dan pembangunan, telah menangani isu-isu perempuan di Indonesia sejak tahun 1987. Wanita lulusan sarjana perairan dari Institut Pertanian Bogor (IPB) ini bergabung Yayasan Annisa yang melakukan pemberdayaan perempuan di desa-desa untuk peningkatan pemberdayaan perempuan sejak tahun 1987. Salah satu wanita yang memperjuangkan kesetaraan gender, terutama para janda dan single mother. Dia prihatin terhadap diskriminasi perempuan terlepas dari peran sentral yang mereka mainkan dalam keluarga, terutama karena tidak adanya laki-laki.

Nani sendiri juga merupakan seorang janda, ibu dari tiga anak, ia menjadi tulang punggung keluarga.  Stigma negatif dan perlakuan diskriminatif, pelecehan atau pelabelan “janda” dalam masyarakat Indonesia, memotivasinya untuk mendirikan Pekka sebagai bentuk bahwa perempuan bisa bekerja dan hidup mandiri. Nani menjadi salah satu wanita yang dapat menginspirasi para wanita, terutama para janda yang berjuang untuk menghidupi keluarganya sendiri walaupun dengan stigma negatif yang ada dalam masyarakat.

Program Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga atau Pekka merupakan program yang dirintis pada awal tahun 2000, bertujuan untuk membantu memberdayakan pencari nafkah perempuan yang terpinggirkan secara ekonomi dan politik. Anggota Pekka biasanya adalah janda yang ditinggal suaminya, entah meninggal dunia atau mendapat wanita lain, dapat juga wanita yang belum menikah namun perekonomiannya memprihatinkan atau wanita yang bersuami namun tidak memiliki penghasilan yang mencukupi sehingga mengharuskannya untuk bekerja. “Ini adalah program pertama di Indonesia yang berfokus pada perempuan miskin yang telah terpinggirkan karena status perkawinan mereka,” jelasnya.

Pekka memfasilitasi kegiatan ekonomi perempuan, membantu mereka mengatur dan membangun jaringan, meningkatkan kesadaran mereka tentang hak-hak perempuan dan kesetaraan gender dan memberi mereka pelatihan tentang kepemimpinan dan keterampilan hidup praktis. Pekka tidak memberikan bantuan dana pada anggotanya, namun lebih mengarah kepada perkembangan keterampilan dan perlindungan hukum. Nani mengakui, awal ia mengenalkan Pekka kepada masyarakat merupakan tantangan yang sulit karena mendapat sindiran.  

Salah satu bentuk pelatihannya yaitu berupa keterampilan make up dan hair do yang melibatkan 94 perempuan anggota Pekka dari berbagai wilayah Indonesia. Mereka diberikan pelatihan hampir satu tahun lamanya yang diharapkan dapat memanfaatkan keterampilannya sebagai sumber penghasilan.

Saat ini lebih dari 33 community center dan 19 supporting center resmi berdiri. Semua terwujud hasil dari koperasi simpan pinjam para anggota. Pusat organisasi tersebut ada di 53 kabupaten dari 700 desa yang tersebar di 19 provinsi seluruh Indonesia. Nani Zulminarni sempat dinominasikan menduduki bangku menteri pemberdayaan perempuan 2014-2019. Bahkan, dunia internasional juga mengakui perannya sebagai aktivis pembawa perubahan. Ia mendapat Global Fairness Award 2014 di Washington DC, Amerika Serikat, di penghujung tahun lalu.

You might also like
Figure

More Similar Posts

Menu