Sekolah di Inggris memiliki cara tersendiri untuk merekatkan hubungan antara kakak kelas dengan adik kelas. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah bullying diantara murid.
Mengenalkan sekaligus memupuk rasa tanggung jawab dan peduli kepada murid yang lebih tinggi tingkat kelasnya (kakak kelas) terhadap adik kelas di sekolah, bisa dilakukan dengan berbagai cara menarik.
Salah satunya seperti dilakukan sebuah sekolah di Birmingham, Inggris. Mereka memiliki cara tersendiri, simple tapi dampaknya cukup baik bahkan bisa membantu meringankan pekerjaan guru.
Jadi kakak kelas diminta sekolah untuk membantu membimbing adik kelasnya. Mulai dari satu orang kakak kelas bertanggung jawab terhadap satu adik kelasnya (one by one person), hingga satu orang kakak kelas membantu guru menghadapi murid satu kelas.
Contoh untuk one by one person. Seorang kakak kelas bertanggung jawab membimbing satu adik kelas dalam hal membaca.
Hal itu rutin dilakukan satu pekan sekali selama satu tahun. Tidak harus satu buku selesai dibaca saat itu, hanya beberapa halaman saja tergantung waktu yang tersedia dan akan dilanjutkan di sesi berikutnya.
Setelah selesai membaca, si kakak kelas wajib membuat laporan serta memberi penilaiannya terhadap adik kelas tersebut. Seperti, saat membaca si adik kelas kesulitan menyebutkan kata tertentu. Atau bisa saja menuliskan pujian bahwa si adik kelas telah mengalani kemajuan dari sebelumnya. Semuanya ditulis di book record, buku catatan khusus yang telah disediakan sekolah.
Nantinya buku tersebut di-cek oleh guru kelas masing-masing, dan kemudian dibawa pulang untuk di-cek kembali oleh orangtua murid.
Berikut contohnya:
- He can read better than the last time I saw him.
- He was very confused with that book.
- It’s a nice book and he understand it more. Well done.
Contoh kedua, satu orang kakak kelas bertanggung jawab membantu guru menghadapi murid satu kelas. Ini terjadi saat sekolah mengadakan kegiatan Sports Day, yaitu semua murid dari kelas Nursery (di Indonesia setara Playgroup) hingga Year 5 (di Indonesia setara Kelas 5 SD) mengikuti berbagai perlombaan di sekolah.
Mulai dari balap karung -ada balap karung juga loh di sana, lempar kantung berisi pasir (siapa yang paling jauh, dia yang menang), lompat tinggi, membawa kentang pakai sendok, dan masih banyak lagi.
Saat Sports Day berlangsung, khusus kelas Year 6 (di Indonesia setara kelas 6 SD )tidak mengikuti lomba. Lalu kemana mereka? Mereka membantu guru-guru mengawal perlombaan.
Misalnya, ada yang memberi tahu dan kasih contoh seperti apa tiap lomba itu. Jadi semacam melakukan simulasi kepada tiap kelas sebelum lomba dimulai.
Kemudian ada yang bertugas mencatat. Seperti pada lomba lempar kantung pasir, mereka mencatat seberapa jauh lemparan peserta. Lalu mencatat nama-nama pemenang, menyiapkan hadiah untuk pemenang dan lainnya.
What a smart idea kan? Sekolah melibatkan kakak kelas untuk membantu kegiatan sekolah bisa mengajarkan tanggung jawab murid yang lebih besar terhadap murid di bawahnya. Mereka dikenalkan bahwa adik kelas bukanlah sasaran untuk ditindas, melainkan anak kecil yang harus dilindungi dan dibimbing.
Efek lebih jauhnya bahwa ini bisa menjauhkan rasa senioritas yang diharapkan bisa menghilangkan potensi aksi bullying. Bukankah sudah sering kita dengar bullying terjadi di lingkungan sekolah, kakak kelas terhadap adik kelas.
Tiap anak yang menjadi korban bullying, merupakan mimpi buruk untuk mereka sebab di- bully oleh kakak kelas pasti menakutkan. Dari segi postur tubuh badan lebih besar, nyalipun lebih tinggi karena psikologis sebagai seorang senior, dan ditambah gank-nya ikut serta.
Semoga ke depannya tidak ada lagi peristiwa bullying terjadi pada anak-anak kita, baik di sekolah atau dimanapun.