Media sosial telah membantu kita dalam menjaga koneksi dengan teman dan keluarga yang jauh. Walaupun memiliki banyak dampak positif, media sosial juga memberikan dampak buruk terutama pada kesehatan mental kita. Banyak anak muda yang menghadapi masalah insomnia, stress, cemas, insecure dan FOMO (Fear Of Missing Out). Tentu saja, sosial media juga memiliki dampak negatif. Beberapa penelitian menunjukkan sosial media dapat mengganggu kesehatan mental kamu seperti :
- Kurang Percaya Diri
Hal yang kita lihat di media sosial hanya bagian bagusnya saja, penuh dengan pencitraan. Sayangnya, kita cenderung membandingkan diri kita dengan orang lain, semua terasa seolah berkompetisi akan kehidupan mana yang lebih baik. Timbul kebiasaan membandingkan diri sendiri dengan orang lain dan memicu perasaan cemburu. Hal ini menyebabkan kita merasa cemas, meragukan diri sendiri dan kurang bersyukur.
- Cyberbullying
Cyberbullying lebih mudah dilakukan melalui media sosial karena dapat dilakukan secara anonim. Selain itu, pengguna media sosial juga dengan mudah melakukan hate speech, berupa hinaan atau provokasi seputar SARA, gender atau warna kulit. Serangan online ini sering memicu penyakit mental, bahkan mendorong orang untuk bunuh diri dalam beberapa kasus. Tidak hanya mempengaruhi anak-anak, namun orang dewasa juga merasakannya. Pengguna akun palsu tersebar di media sosial untuk mendapatkan kepercayaan orang kemudian meneror mereka. Untuk itu, lebih berhati-hati dalam berinteraksi di media sosial!
- Manajemen waktu
Menurut survey oleh digital information world anak muda menghabiskan waktu 2.5 – 3 jam perharinya untuk bermain media sosial. Hal ini menunjukkan manajemen waktu yang buruk dan banyaknya pekerjaan yang tidak selesai. Bahkan saat kita baru saja selesai melihat media sosial, butuh beberapa menit untuk fokus kembali pada tugas yang kita kerjakan. Selain itu, terlalu fokus pada media sosial membuat interaksi kita dengan teman sekitar menjadi kurang intens. Lebih baik kita perlu membatasi penggunaan media sosial agar kita tetap produktif.
- Gelisah
Menghabiskan waktu yang lama dalam media sosial akan mempengaruhi suasana hati kamu. Selain itu, peluang mengalami depresi juga tinggi, karena kurangnya hubungan interaksi di dunia nyata. Sebuah studi yang dipublikasikan dalam jurnal Computers and Human Behaviour menemukan bahwa orang-orang yang menggunakan tujuh atau lebih jenis media sosial bisa menderita tiga kali atau lebih gejala kecemasan dibandingkan mereka yang hanya menggunakan 1 atau 2 media sosial.
- Ekspektasi Tinggi
Media sosial memicu ekspektasi yang tidak realistis karena kebiasaan kita yang terus membandingkan diri kita dengan orang lain. Padahal sesuatu yang disebarkan online biasanya tidak sesuai dengan ekspektasi kita. Selain itu, sosial media juga menumbuhkan suatu beauty standar dikalangan masyarakat, sehingga membuat kita semakin insecure.
- Pola Tidur Tidak Teratur
Selain meningkatnya tingkat kecemasan dan depresi, menghabiskan terlalu banyak waktu di media sosial dapat menyebabkan kurang tidur. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa peningkatan penggunaan media sosial memiliki efek negatif pada kualitas tidur. Jika kamu merasa letih, coba kurangi menggunakan media sosial
- Adiktif
Media sosial dianggap lebih adiktif daripada rokok dan alkohol. Kita cenderung memeriksa akun media sosial berkali-kali, jika kamu merasa kosong jika tidak mengecek media sosial, artinya kamu sudah kecanduan media sosial. Untuk mengurangi rasa adiktif ini bukan berarti kita harus menghapus akun media sosial kita. Cukup dengan log out akun kamu agar tidak selalu mengecek media sosial.
- FOMO
FOMO atau fear of missing out adalah suatu kecemasan yang didapatkan saat kita tidak mengikuti kegiatan bersama teman-teman kita. Rasa cemas ini muncul saat kita melihat update teman kita yang sedang bersenang-senang, membuat kita seolah melewatkan kesenangan itu.
Media sosial memiliki dampak baik dan buruk, jika kamu merasa cepat lelah dan mulai insecure, coba lakukan detoks media sosial sesekali dan lihat dampaknya. Jangan sampai kita terbawa pengaruh buruk hanya karena media sosial.